Menari

Menari sepanjang zaman

Isu 05, 2019

Menari sepanjang zaman

Vinayak Surya Swami |penulis

Isu 05, 2019


Bagi maestro tari Malaysia, Ramli Ibrahim, tari merupakan sebuah proses evolusi. Dilatih di bidang bentuk tari kontemporer seperti balet, karya kontemporer dari penerima penghargaan Padma Shri dari bentuk klasik India ini merupakan contoh yang sempurna dari modernitas dalam tradisi ini

Tradisi haris dipelajari, dipraktikkan dan dilestarikan melalui adaptasi relevan dan peningkatan. Khususnya dengan India, di mana terdapat berbagai lapisan tradisi, kebiasaan dan bentuk seni yang dapat di gunakan kapan pun dibutuhkan. Satu alasan mengapa, para seniman dan pemikir dari seluruh dunia telah terinspirasi oleh dan mengadopsi praktik-praktik tradisional India. Di panggung global, kekayaan budaya India telah seringkali dikaitkan dengan tradisi yang selalu berevolusi dan sebuah warisan artistik yang hanya tumbuh seiring berjalannya waktu.

Kaum modernis dahulu kala

Rukmini DeviDengan sejumlah reformasi atas upayanya di bidang Bharatanatyam, Rukmini Devi memberikan perhatian khusus pada iringan musik, pilihan lagu, kostum dan presentasi panggung.
Mrinalini SarabhaiSeorang penari klasik India terkenal dan salah satu koreografer kontemporer pertama, Sarabhai dikenal akan eksperimennya dengan bentuk-bentuk tari klasik. Ia dilatih di bidang Bharatanatyam, Mohiniyattam, Kuchipudi dan Kathakali.
Kumudini LakhiaKarya koreografinya mencoba untuk mencapai sintesis teknik tradisional dan tema-tema modern. Koreografi-koreografi ini kini dianggap klasik, dan banyak dari inovasi yang ia pertunjukkan di dalamnya telah tertanam dalam pertunjukan-pertunjukan Kathak.

Salah satu artis tersebut ialah seorang warga negara Malaysia, Datuk Ramli Ibrahim, yang dianugerahi dengan penghargaan Padma Shri pada tahun 2018 atas kontribusinya kepada Odissi, sebuah jenis seni pertunjukkan, dimana para pelakon pertunjukan dan para musisi memainkan sebuah kisah mistis dari naskah India kuno. Seorang penampil dan koreografer Odissi, Ibrahim, selama berapa dekade sebelumnya, telah mendorong batas-batas dari bentuk tari, yang bereksperimen dengan produksi, yang digabungkan dengan sensibilitas kontemporer untuk memikat para penonton kosmopolitan saat ini. Juga dilatih di bidang balet, eksplorasi kontemporer Ibrahim telah membantu membuat Odissi bahkan lebih relevan saat ini pada panggung global.

Ibrahim bersama para muridnya di Akademi Tari Sutra di Malaysia

Kata Ibrahim, “Perjalanan saya dengan tari dimulai sebagai seorang murid di bidang balet. Saya dahulu sedang melakukan studi di jurusan teknik di Australia ketika saya menyadari kekuatan dari gerakan ini dan saya mengikuti hal ini sebagai takdir saya. Saya bergabung dengan Perusahaan Tari Sydney. Tetapi saya juga sangat tertarik dengan peradaban Asia, sejarah dan mitologi mereka. Hal ini memotivasi saya ke India dan tradisinya.”

Menjadi bagian dari kelompok balet utama tidak mendefinisikan kemampuan kreatifnya sebagaimana Ibrahim pergi belajar Bharatanatyam di bawah praktisi ternama, Adyar K Lakshman. “Wawasan tentang baik balet dan tari modern barat merupakan penanda yang berpengaruh yang membantu memandu saya. Semua ini selaras dengan apresiasi saya yang tumbuh terhadap musik kontemporer dan klasik barat, serta paparan saya terhadap bentuk filosofi, mitos dan teater sebagai ekspresi seni kontemporer yang hidup.”

Ibrahim sedang melakukan sebuah workshop untuk anak-anak di sekolah Worli di Mumbai

Tetapi Ibrahim melanjutkan penelitiannya, dan pada akhirnya menemukan hasratnya untuk Odissi. “Saya tahu bahwa belajar dan melakukan pertunjukan bentuk tari klasik India bisa sangat menantang dan membutuhkan dedikasi seumur hidup. Saya bahkan harus mencoba lebih keras karena pada dasarnya saya bukan berasal dari India,” katanya.

Saya selalu merasa bahwa seni-seni kontemporer merepresentasikan masa depan dan seni pertunjukan kontemporer akan muncul sebagai bagian dari proses alami. Seni ini dianggap sebagai fungsi evolusi dari bentuk tari tersebut

Ramli Ibrahim
direktur Artistik, Yayasan Sutra

Ibrahim memilih untuk mengikuti guru Odissi legendaris, Deba Prasad Das, yang dikenal telah memperkenalkan Odissi ke dunia. “Kami tidak tahu sejarah sedang diciptakan disini. Kami hanya melakukan apa yang kami paling cintai. Kami mengalir dengan even, yang membawa kita ke takdir-takdir yang telah ditentukan. Saya merasa bahwa kita hanya terlibat dalam proses melakukan apa yang kita sangat inginkan,” kata Ibrahim.

Latar belakangnya di bidang balet telah memungkinkan artis Malaysia untuk memasukkan dalam rendisinya, sebuah keunggulan kreatif yang baru. “Banyak artis ‘tradisional dan pencipta tari menganggap diri mereka kontemporer secara serentak dengan lingkungan mereka. Mereka percaya mereka sedang menciptakan karya-karya yang kontemporer untuk lingkungan mereka. Para inovator dari tari-tari klasik India, seperti, Rukmini Devi, Mrinalini Sarabhai dan Kumudini Lakhia merupakan kaum modernis, yang berfungsi dalam lipatan tradisi dan berkontribusi terhadap evolusi positif dari tradisi ini. Saya juga merupakan kaum modernis dalam cara ini, terutama dalam pendekatan saya untuk presentasi dari karya-karya tradisional saya.”

Gerakan temporal

Yayasan Sutra

Adalah pada tahun 1983 dimana Ibrahim memulai Teater Tari Sutra-nya. Mewariskannya ke Malaysia tepatnya di Kuala Lumpur, ia pindah dengan kesadaran bahwa tradisi di seluruh dunia kini dengan pesat berevolusi seiring berjalannya waktu dan bahwa sebuah pusat untuk pertunjukan seni harus dikoneksikan dengan kreativitas yang canggih dan berkembang pesat yang tidak hanya terjadi di India tetapi di pusat-pusat tari lainnya.

Menari dengan takdir

Pada tahun 2018, upaya Ramli melampaui batas dan ia dianugerahi dengan penghargaan kehormatan sipil tertinggi di India, Padma Shri. Penghargaan ini hanya menambah daftar penghargaan internasionalnya yang terus bertambah. Sangeet Natak Akademi, otoritas terkemuka di India dalam bidang seni pertunjukan, juga mengakui upaya Ibrahim dan kontribusinya terhadap Odissi yang sangat penting dalam mengubah skenario tari di kedua negara.

Menggabungkan balet dan Odissi, pertunjukan Ibrahim merupakan sebuah tontonan visual. Sang maestro selama salah satu rendisi kontemporer Oddisinya di Malaysia

Membandingkan bentuk-bentuk tari klasik dari Malaysia dan India dan evolusinya, Ibrahim mengatakan, “Baik Malaysia dan India kini semakin menegaskan identitas tari modern kontemporer mereka yang terinspirasi oleh pemikiran-pemikiran Asia mereka daripada sumber-sumber Barat. Juga, tari-tari tradisional India sedang mengalami evolusi kreatif yang luar biasa. Tari-tari ini kini diakui sebagai contoh-contoh tentang bagaimana tari-tari tradisional dapat secara kreatif berkembang di masyarakat modern.”

Sebagaimana penari ini terus menggabungkan kepekaan tentang Odissi dengan gaya presentasi kontemporer, membayangkan kembali produksi-produksi tari untuk penonton di seluruh dunia, kami menanyakannya tentang sumber dari motivasinya yang konstan. Dengan binar yang senantiasa hadir di matanya dan pesonanya yang ramah, sang artis kawakan berumur 66 tahun tersebut mengatakan, “Saya kira ini bukan sesuatu yang saya dapat jelaskan tetapi lebih kepada sebuah dorongan yang lebih besar dari diri saya yang mendorong saya untuk bergerak maju. Kebutuhan jam dan kebutuhan khalayak ramai selalu didahulukan. Bagaimanapun, saya telah menyadari, lebih banyak saya memberikan sesuatu, lebih banyak hal yang tak terduga saya peroleh di kehidupan ini. Gelas saya pun kosong, tanpa saya sadari..”

Presiden Ram Nath Kovind mempersembahkan penghargaan Padma Shri kepada Datuk Ramli Ibrahim selama Upacara Investigasi Sipil di Rashtrapati Bhawan

Pada zaman ini, seiring dengan para seniman yang bergabung dengan sekolah-sekolah seni tradisional di seluruh negeri sebagaimana keputusan yang sadar, sangat mungkin bahwa tari sebagai sebuah bentuk seni sedang dikembangkan dan dipromosikan. Setiap penari baru menawarkan bentuk seni ini beberapa inovasi baru, contohnya, penggabungan dari berbagai gaya tari atau percobaan tanpa merusak pola-pola tradisional dan nilai-nilai kunonya yang dikaitkan dengan setiap bentuk tari tersebut.

Vinayak Surya Swami

Vinayak Surya Swami merupakan jurnalis yang berbasis di Delhi. Ia memegang gelar sarjana teknik mesin dan pernah bekerja sebagai magang sebagai Pembuat Kapal bersama Angkatan Laut India. Seorang penulis paruh waktu sejak masa remajanya, he beralih ke jurnalisme demi kesenangannya dalam menulis dan travelling.
error: Content is protected !!